EVOLUSI TEORI ORGANISASI

Teori organisasi yang ada sekarang ini merupakan hasil dari sebuah proses evolusi. Selama beberapa dekade para akademisi dan praktisi dari berbagai latar belakang dan perspektif telah mengkaji dan menganalisis organisasi-organisasi. Ada dua dimensi dasar dalam evolusi teori organisasi dan setiap dimensi mempunyai perspektif yang saling bertentangan. Dimensi pertama merefleksikan bahwa organisasi itu adalah sistem. Sebelum ± tahun 1960, teori organisasi cenderung didominasi oleh perspektif sistem tertutup. Namun sejak tahun 1960, teori organisasi secara jelas mulai menerima perspektif sistem terbuka. Analisis-analisis yang semula hanya berfokus pada karakteristik intern organisasi kemudian berubah menjadi pendekatan yang menekankan pentingnya organisasi memperhatikan peristiwa dan proses yang terjadi di lingkungan ekstern. Dimensi yang kedua berhubungan dengan hasil-hasil akhir dari struktur organisasi. Perspektif rasional menyatakan bahwa struktur organisasi dirasakan sebagai alat untuk mencapai tujuan-tujuan khusus secara efektif. Sebaliknya, perspektif sosial menekankan bahwa struktur adalah hasil utama dari kekuatan-kekuatan yang saling bertentangan dari para pengikut organisasi yang mencari kekuasaan dan kendali.

TEORITIKUS TIPE 1
Para teoritikus tipe 1 dikenal juga sebagai aliran klasik, mengembangkan prinsip atau model universal yang dapat digunakan pada semua keadaan. Para teoritikus Tipe 1 memandang manusia sebagai mesin.

Frederick Winslow Taylor dan Principles of Scientific Management

Taylor mengusulkan empat prinsip scientific management, yaitu:
1. penggantian metode untuk menentukan setiap elemen dari pekerjaaan seorang pekerja yang ditentukan secara ilmiah;
2. seleksi dan pelatihan para pekerja secara ilmiah;
3. kerja sama antara manajemen dan buruh untuk menyelesaikan tujuan pekerjaan, yang sesuai dengan metode ilmiah; dan

4. pembagian tanggung jawab yang lebih merata di antara manajer (sebagai perencana dan supervisi) dan para pekerja (sebagai pelaksana).
Taylor memusatkan perhatian pada tingkat yang paling rendah dari organisasi manajemen, yaitu tingkat paling rendah dari sebuah pabrik (shop level management). Menurutnya, adalah menjadi tanggung jawab manajemen untuk secara eksplisit menyeleksi, melatih, dan memotivasi para pekerja guna memastikan bahwa cara yang mereka ikuti adalah yang terbaik.

Henry Fayol dan Prinsip-prinsip Organisasi
Mengusulkan empat belas prinsip yang menurutnya dapat digunakan secara universal, yaitu:
1.Pembagian kerja. Spesialisasi menambah hasil kerja dengan cara membuat para pekerja lebih efisien

2.Wewenang. Manajer harus dapat memberi perintah, namun wewenang harus berjalan seiring dengan tanggung jawab agar efektif.
3.Disiplin. Para pegawai harus mentaati dan menghormati peraturan yang mengatur organisasi.
4.Kesatuan komando. Setiap pegawai seharusnya menerima perintah hanya dari seorang atasan.
5.Kesatuan arah. Setiap kelompok aktivitas organisasi yang mempunyai tujuan sama harus dipimpin oleh seorang manajer dengan menggunakan sebuah rencana.
6. Mendahulukan kepentingan umum di atas kepentigan individu.

7. Remunerasi. Para pekerja harus digaji sesuai dengan jasa yang mereka berikan. 8.Sentralisasi. Hal ini merujuk kepada sejauh mana para bawahan terlibat dalam pengambilan keputusan.
9.Rantai skalar. Garis wewenang dari manajemen puncak sampai ke tingkat yang paling rendah merupakan rantai skalar.

10.Tata tertib

11.Keadilan. Para manajer harus selalu baik dan jujur terhadap para bawahan. 12.Stabilitas masa kerja para pegawai. Manajemen harus menyediakan perencanaan personalia yang teratur dan memastikan bahwa untuk mengisi kekosongan harus selalu ada pengganti.
13.Inisiatif. Para pegawai yang diizinkan untuk berkarya dan melaksanakan rencana-rencana akan bekerja lebih giat.

14.Esprit de corps. Mendorong team spirit akan membangun keselarasan dan persatuan di dalam organisasi.


Max Weber dan Birokrasi
Mengembangkan sebuah model struktural yang disebutnya sebagai birokrasi. Struktur ini dicirikan dengan adanya pembagian kerja, hierarki wewenang yang jelas, prosedur seleksi yang formal, peraturan yang rinci, serta hubungan yang tidak didasarkan atas hubungan pribadi (impersonal). Gambaran Weber tentang birokrasi telah menjadi prototype rancangan bagi kebanyakan struktur organisasi yang sekarang ada.


Ralph Davis dan Perencanaan Rasional
Davis mengatakan bahwa tujuan utama sebuah perusahaan adalah pelayanan ekonomis. Tidak ada perusahaan yang dapat hidup jika tidak memberikan nilai ekonomis. Adalah pekerjaan manajemen untuk mengelompokkan aktivitas-aktivitas sedemikian rupa sehingga membentuk struktur organisasi. Perspektif perencanaan rasional menawarkan sebuah model yang sederhana dan langsung untuk merancang sebuah organisasi.



TEORITIKUS TIPE 2

Para teoritikus Tipe 2 seringkali disebut sebagai yang mementuk aliran hubungan antar manusia (human relations school), memandang organisasi sebagai sesuatu yang terdiri dari tugas-tugas maupun manusia.


Elton Mayo dan Kajian Hawthorne

Kajian Hawthorne mulanya diciptakan oleh para insinyur industri dari Western Electric pada tahun 1920-an untuk menguji akibat dari berbagai macam tingkat penerangan terhadap produktivitas kerja. Para insinyur tersebut kemudian menghubungi ahi psikologi dari Harvard, Elton Mayo dan kawan-kawan untuk menjadi konsultan. Dalam penelitian mereka disimpulkan bahwa norma sosial kelompok merupakan kunci penentu perilaku kerja seseorang. Kajian ini membawa kita ke zaman humanisme organisasi. Dalam melihat masalah rancangan organisasi, para manajer selalu mempertimbangkan akibat terhadap kelompok kerja, sikap pegawai, dan hubungan antar manajemen dan pegawai.

Chester Bernard dan Sistem Kerja Sama
Bernard mengeluarkan gagasan bahwa sebuah organisasi adalah sebuah sistem kerja sama . Ide-idenya dituangkan dalam The Functions of the Executive. Ia memeperkenalkan peran dari organisasi informal ke dalam teori organisasi, dan ia mengusulkan agar peran utama manajer adalah memperlancar komunikasi dan mendorong para bawahan untuk berusaha lebih keras.

Douglas McGregor dan Teori X-Teori Y

McGregor berkesimpulan bahwa pandangan seorang manajer tentang sifat manusia didasarkan atas pengelompokan asumsi tertentu dan bahwa manusia cenderung untuk menyesuaikan perilakunya terhadap bawahannya sesuai dengan asumsi-asumsi tersebut.


Di bawah Teori X (negatif), ada empat asumsi yang dianut para manajer:
1. Para pegawai pada dasarnya tidak menyukai pekerjaan, dan jika mungkin, berusaha menghindarinya.

2. Karena pegawai tidak menyukai pekerjaan, maka mereka harus dipaksa, dikendalikan, atau diancam dengan hukuman untuk mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan.
3. Para pegawai akan mengelakkan tanggung jawab dan mencari pengarahan yang formal sepanjang hal itu mungkin.
4. Kebanyakan pegawai menempatkan rasa aman di atas factor lain yang berhubungan dengan pekerjaan dan hanya akan memperlihatkan sedikit ambisi.

Empat asumsi Teori Y (positif):
Para pegawai dapat melihat pekerjaan sebagai sesuatu yang biasa seperti halnya istirahat atau bermain. Manusia akan menentukan arahnya sendiri dan mengendalikan diri, jika mereka merasa terikat kepada tujuan-tujuan. Rata-rata orang dapat belajar untuk menerima, malahan mencari tanggung jawab. Kreativitas, yaitu kemampuan untuk membuat keputusan-keputusan yang baik, tersebar luas pada seluruh populasi dan tidak selalu merupakan hak dari mereka yang menduduki fungsi manajerial.

Warren Bennis dan Matinya Birokrasi

Warren Bennis meyatakan bahwa kondisi saat ini menunjukkan bahwa bentuk organisasi yang ideal adalah adhocracy yang fleksibel.

TEORITIKUS TIPE 3

Konflik antara tesis dan anti-tesis membawa kita pada sebuah sintesis yang memberi pedoman lebih baik bagi para manajer. Sintesis itu adalah pendekatan contingency.


Herbert Simon dan Serangan Terhadap Prinsip-Prinsip

Simon menyatakan bahwa teori organisasi perlu melebihi prinsip-prinsip yang dangkal dan terlalu disederhanakan bagi suatu kajian mengenai kondisi yang di bawahnya dapat diterapkan prinsip yang saling bersaing.


Perspektif Lingkungan dari Katz dan Kahn

Buku Daniel Katz dan Robert Kahn, The Social Psychology of Organiztions, merupakan pendorong yang penting bagi pengenalan perspektif sistem terbuka Tipe 3 terhadap teori organisasi. Buku mereka meyakinkan tentang keunggulan-keunggulan perspektif sistem terbuka untuk menelaah hubungan yang penting dari sebuah organisasi dengan lingkungannya, dan perlunya organisasi menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang berubah jika mereka ingin dapat bertahan hidup.
Kasus Teknologi Penelitian yang dilakukan oleh Joan Woodward dan Charles Perrow, dan juga James Thompson telah memberi alasan yang kuat mengenai pentingnya teknologi dalam menentukan struktur yang sesuai bagi sebuah organisasi.

Kelompok Aston dan Besaran Organisasi

Organisasi besar telah terbukti mempunyai banyak kesamaan komponen struktural, demikian juga halnya dengan organisasi kecil. Mungkin yang paling penting adalah bukti menujukkan bahwa beberapa hal dari komponen tersebut mengikuti sebuah pola tertentu pada saat organisasi berkembang dalam besarannya. Bukti tersebut berguna bagi para manajer untuk membantu mereka membuat keputusan desain organisasi bersamaan dengan bertumbuhnya organisasi.

TEORITIKUS TIPE 4
Pendekatan yang paling mutakhir mengenai teori organisasi memusatkan perhatian pada sifat politis organisasi.
a. Batas-batas Kognitif Terhadap Rasionalitas dari March dan Simon March dan Simon menganjurkan agar model teori organisasi diubah – model yang sangat berbeda dari pandangan sistem kerja sama yang rasional. Model yang diperbaiki ini mengakui keterbatasan rasionalitas pengambil keputusan serta mengakui keberadaan tujuan yang saling bertentangan.
b. Organisasi Pfeffer sebagai Arena Politik Pfeffer mengusulkan agar kendali di dalam organisasi menjadi tujuan. Ia juga mengatakan jika kita ingin mngerti mengapa dan bagaimana organisasi itu dirancang sedemikian rupa, maka kita harus menilai preferensi dan kepentingan dari mereka yang berada di dalam organisasi yang mempunyai pengaruh terhadap pengambilan keputusan mengenai desain itu.